Mantra
Angin malam yang dingin setelah hujan dengan leluasa masuk ke gerbong keretaku, yang tak berjendela dan tak berpintu di akhir minggu ke-dua bulan Oktober, membuatku harus merubah posisi tanganku yang memegang erat tas backpack-ku yang penuh dengan buku tebal keluaran Blackwell publishers. Aku mulai menyilangkan tangan di atas dada, seolah-olah hal itu akan membuatku sedikit hangat.
Lebih dari
Lebih dari
Kali ini aku tidak bisa menerjemahkan desiran angin menjadi puisi indah, yang aku rasakan adalah kedinginan yang amat sangat sehingga aku berpikir angin telah mengkhianatiku, menggunakan aku sebagai gradien barometris sehingga anginnya terasa lebih cepat dan dingin. Tidak, mungkin saja aku sedang demam. Tidak, bukan itu. Sekujur tubuhku dingin bukan karena angin malam dan demam, tapi karena aku merasa sendiri.
Lamunanku tentang angin dan kesendirianku menguap seperti embun pagi yang tersisa di atas daun mawar setelah pukul tujuh pagi ketika matahari mulai merangkak naik. Buyar karena lagu “Curhat Sahabat” yang ternyata berasal dari dalam tasku. Handphoneku berbunyi. Kau menelpon.
“Aku besok ke rumah. Kita bicara”
Kereta sudah tidak penuh tapi Aku tidak bisa bernapas selama beberapa detik setelah Kau menyelesaikan kalimatmu.
“Baiklah”
“Kita bicara” adalah mantra. Sakral untukku seperti yang terdapat dalam cinta suci pangeran yang membangunkan putri salju dari tidur panjangnya. kekuatan mantra yang lain bahkan dapat menjadi lebih dahsyat dari badai Tornado yang tak bisa diprediksi kapan datangnya, dapat meratakan bangunan beton pencakar langit yang telah didesain oleh para ahli dari Jepang dan Jerman dalam hitungan detik. Mantra manakah yang akan kau pilih.
Besok kita akan bicara.
Aku betul-betul merasa dingin. Dingin seperti lapisan salju yang tebal di hamparan tanah
Sebelum aku berhenti menapaki
“Aku mencintaimu.
Tapi aku telah kehilangan senyawa kimia yang membuatku tergila-gila padamu.
Aku tak tahu apa yang terjadi dengan diriku.
Aku tidak mau menyakitimu.
Aku tidak mau menyakiti diriku sendiri.
Aku tidak mau menyakiti siapapun.”
Dan Akupun telah tahu, mantra yang mana yang kau pilih.
2 comments:
So...what happened after He came to your house??
hahahahaha. it's a short story, sagittarius girl..
Post a Comment